TikTok Labeli Konten AI Untuk Tekan Penyebaran Informasi Yang Menyesatkan dan Hoax

Aplikasi jejaring sosial video TikTok mengumumkan bahwa mereka bakal mulai menerapkan pelabelan terhadap konten yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Baik itu yang diunggah dari luar platform atau lewat TikTok. Tujuannya adalah guna memerangi pembuatan dan penyebaran informasi yang salah. 

“Keberadaan AI memang memberikan peluang kreatif yang sangat luar biasa. Namun konten semacam itu bisa saja membingungkan atau menyesatkan pengguna apabila mereka tidak tahu jika konten itu adalah buatan AI. Dengan TikTok labeli konten AI, akan membantu memperjelas konteks yang dimaksud. Oleh karena itulah kami melabeli AIGC yang dibuat lewat efek AI TikTok, dan mewajibkan pembuat konten untuk memberikan label AIGC,” tutur TikTok lewat pernyataan resminya, mengutip dari APNews.

Penambahan kebijakan Tiktok labeli konten AI ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas dalam industri teknologi, guna memberikan lebih banyak perlindungan terhadap pemanfaatan teknologi tersebut. 

Sebelumnya di bulan Februari lalu, Meta mengumumkan bahwa pihaknya tengah menggodok kerjasama bersama sejumlah mitra industri pada standar teknis, yang bakal menjadikan mereka lebih mudah dalam mengidentifikasi konten yang dibuat oleh AI. Para pengguna di Facebook dan Instagram, nantinya bakal menemukan pelabelan pada konten yang dibuat oleh AI. 

Begitu juga dengan Google, yang sudah sejak tahun lalu mengatakan bahwa pelabelan AI bakal diterapkan di Youtube dan juga platform milik mereka lainnya. 

Sebagai informasi, dorongan untuk memberikan label pada konten buatan AI diketahui merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden, yang diteken pada bulan Oktober lalu. 

Kredensial Konten Adobe

Dalam upaya TikTok labeli konten AI ini, mereka bakal menggandeng sebuah divisi bentukan Adobe, yakni Koalisi Untuk Asal dan Keaslian Konten (C2PA), lewat pemanfaatan teknologi Kredensial Konten. 

Lebih lanjut TikTok memaparkan bahwa teknologi Kredensial Konten mampu untuk menyematkan metadata ke dalam konten, yang kemudian bisa digunakan sebagai sarana mengenali, mengidentifikasi dan memberi label pada konten buatan AI. 

Penerapan kebijakan ini oleh TikTok bakal dimulai pada Kamis (16/5) pekan depan, dengan yang pertama adalah pada konten audio dan selanjutnya pada konten dalam bentuk gambar dan video. 

Beberapa bulan ke depan, Kredensial Konten bakal dilampirkan pada unggahan yang dibuat dalam platform TikTok, dan tetap menempel saat pengguna mengunduh konten tersebut. Hal ini diyakini bakal membantu dalam pengidentifikasian materi yang dihasilkan oleh AI yang dibuat di TikTok. Di saat yang bersamaan, juga membantu pengguna mempelajari kapan, di mana dan bagaimana konten tersebut dibuat ataupun disunting. 

Begitu juga dengan platform lain yang memanfaatkan teknologi Kredensial Konten, bakal bisa memberikan label serupa secara otomatis. 

“Memakai Kredensial Konten sebagai cara dalam mengidentifikasi serta mengunggah media sintetis yang kemudian ditayangkan kepada para pengguna secara langsung, merupakan langka yang signifikan dalam menuju transparansi AI. Bahkan ini bisa disebut lebih dari teknik watermarking biasa,” terang Claire Leibowicz selaku Kepala Program Integritas AI dan Media dari Partnership on AI (PAI). 

Claire pun mengaku masih membutuhkan waktu untuk bisa lebih dalam memahami bagaimana para pengguna memberikan respon atas penerapan pelabelan tersebut, serta berharap kepada TikTok untuk mau berbagi laporan atas kebijakan itu. Sehingga, pihaknya akan mampu lebih jauh memahami perilaku pengguna di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI. 

Pihak TikTok mengklaim jika penerapan pelabelan terhadap konten AI merupakan yang pertama dilakukan oleh platform berbagi video.